Uncategorized

April 4, 2023

Nabi Muhammad Mengamini 3 Doa Malaikat Jibril saat Ramadhan

Awal Ramadhan 1443 H akhirnya diputuskan jatuh pada Ahad (03/04/2022). Hal tersebut sebagaimana hasil rukyatul hilal dan sidang isbat yang diputuskan pemerintah. Dengan demikian, umat Islam mulai mempersiapkan diri untuk mengisi hari selama sebulan penuh dengan aneka ibadah. Tidak semata ibadah mahdhah seperti mengaji, shalat sunah, dzikir, wirid dan sejenisnya. Juga ghairu mahdhah seperti sedekah dengan menyediakan takjil hingga menu sahur bagi mereka yang membutuhkan, atau lainnya. Ramadhan adalah satu-satunya bulan dalam sistem penanggalan hijriah yang disebut dalam Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW menjelaskan kemuliaan Ramadhan dengan sabdanya :

رَمَضَانُ شَهْرُ اللهِ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ

Artinya: Ramadhan adalah bulan Allah. Keutamaannya dibanding bulan-bulan lain adalah bagaikan keutamaan Allah dibanding dengan makhluk-Nya. (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, Daru-l Kutubi-l Ilmiyyah, halaman: 186)

Dalam satu kesempatan ketika ketika Ramadhan tiba, Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat sebagai berikut:

وَقَدْ دَنَا شَهْرُ رَمَضَانَ لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ اُمَّتِي اَنْ يَكُوْنَ سَنَةً

Artinya: Ramadhan telah tiba. Seandainya para hamba Allah mengetahui terhadap apa-apa yang ada dalam Ramadhan, maka umatku pasti berharap agar bulan ini tetap ada selama setahun penuh. (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, halaman: 186).

Membahas Ramadhan, maka tak bisa lepas dari membahas salah satu rukun Islam, yaitu puasa, yang diwajibkan pada seluruh orang beriman yang telah memenuhi syarat wajibnya. Puasa merupakan ibadah yang sangat mulia sebab pahala yang diperoleh langsung diberikan oleh Allah tanpa perlu ditanyakan jumlah lipat gandanya.

Allah berfirman dalam hadits qudsi: Setiap kebaikan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya kepada orang-orang yang telah menahan syahwat, makan, dan minum karena-Ku. Puasa adalah perisai. Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-nya pada hari kiamat. (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, halaman: 185). 

Di lain waktu, Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan puasa Ramadhan: 


 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


Artinya: Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan iman dan ihtisab, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Khashaisu Ummati-l Muhammadiyyah, Hai’atu-sh Shofwati-l Malikiyyah, halaman: 192). 

Berkaca pada hadits tersebut, agar bisa memperoleh aneka keutamaan yang telah dijelaskan, maka setidaknya ada dua syarat yang harus dilakukan:   
1. Puasa dalam keadaan iman. Iman yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah.   
2. Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan puasa karena takut menjadi bahan pergunjingan orang lain. 
Oleh karena itu, seyogianya dalam menjalani puasa Ramadhan mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong, ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat, menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama. Jika tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan Rasulullah SAW: 

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

Artinya: Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. (Imam al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam) Yakni, tidak ada pahala sama sekali yang didapat. 

Ramadhan tidak melulu tentang kemuliaan, tapi ada juga ancaman yang ditujukan bagi segelintir orang. Dikisahkan ketika Nabi menaiki mimbar, pada tangga pertama beliau berucap âmîn. Pada tangga kedua dan ketiga beliau juga berucap âmîn. Para sahabat akhirnya bertanya. Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan âmîn tiga kali. Nabi menjelaskan: Pada tangga pertama tadi, Jibril mendatangiku dan mengatakan: 


 شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

Artinya: Celaka orang yang menjumpai Ramadhan dan melewatinya tapi dosa-dosanya tidak diampuni.

Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.

Pada tangga kedua Jibril berkata:

 
 شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
Artinya: Celaka orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya tapi hal itu tidak bisa memasukkannya ke surga.

Maka aku mengucapkan ‘âmîn’. Pada tangga ketiga Jibril berkata: 

 شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ

Artinya: Celaka orang yang ketika namamu disebut di dekatnya, tapi ia tidak bershalawat padamu.

Maka aku mengucapkan ‘âmîn’. (Imam al-Bukhari, Al-Adabu-l Mufrad, bab Man Dzukira ‘Indahu an-Nabiyyu Falam Yushalli ‘Alaihi). 

Doa tersebut disampaikan oleh malaikat terbaik dan diaminkan oleh manusia sekaligus makhluk terbaik. Maka sungguh rugi orang beriman yang dosanya tidak diampuni oleh Allah setelah berlalunya Ramadhan. Nau’udzubillahi min dzalik

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, mari bersama menyambut Ramadhan dengan penuh kekhusyukan. Mari bersama memaksimalkan ibadah di dalamnya. Besar harapan semua bisa memperoleh ridha Allah dan fadhilah atau keutamaan Ramadhan serta dijauhkan dari akhlak tercela yang bisa membatalkan pahala puasa.

Sumber : https://jatim.nu.or.id/keislaman/nabi-muhammad-mengamini-3-doa-malaikat-jibril-saat-ramadhan-1alHo (NU Online)

Posted in